IKAPI Bisa Lebih Dekat Lagi Dengan Masyarakat

Ketika kita berbicara soal buku maka tidak akan jauh dari IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia). Karena semua penerbit Indonesia berada di bawah naungan IKAPI. Lalu apa sebenarnya IKAPI itu? Inilah sekilas tentangsejarah IKAPI.

Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) adalah asosiasi profesi penerbit satu-satunya di Indonesia yang menghimpun para penerbit buku dari seluruh Indonesia. Ikapi didirikan pada tanggal 17 Mei 1950 di Jakarta. Para pelopor dan inisiator pendirian Ikapi adalah Sutan Takdir Alisjahbana, M. Jusuf Ahmad, dan Nyonya A. Notosoetardjo. Pendirian Ikapi didorong oleh semangat nasionalisme setelah Indonesia merdeka tahun 1945.

Ikapi kemudian dibentuk sebagai organisasi profesi penerbit buku berasaskan Pancasila, gotong royong, dan kekeluarga.Atas kesepakatan para pendiri Ikapidiangkatlah Achmad Notosoetardjo sebagai Ketua pertama Ikapi, Ny. Sutan Takdir Alisjahbana sebagai wakil ketua, Machmoed sebagai sekretaris, M. Jusuf Ahmad sebagai bendahara, dan John Sirie sebagai komisaris. Pada masa awal tersebut bergabung tiga belas penerbit sesuai dengan buku yang disusun Mahbub Djunaidi dan versi lain dari Zubaidah Isa menyebutkan jumlah empat belas penerbit bergabung pada masa awal Ikapi tersebut. Namun, baik Mahbub maupun Zubaidah tidak menyebutkan siapa saja penerbit yang bergabung tersebut.

Lima tahun setelah berdiri, Ikapi mampu menghimpun 46 anggota penerbit yang sebagian besar berdomisil di Jakarta dan sisanya di Pulau Jawa dan Sumatra. Ikapi dipusatkan di Jakarta sebagai ibu kota negara. Dalam sejarah perkembangannya, Medan sebagai salah satu kota basis penerbitan di Indonesia telah lebih dulu memiliki organisasi yang menghimpun penerbit dan pedagang buku lokal sejak 1952. Organisasi itu bernama Gabungan Penerbit Medan (Gapim) dengan 40 anggota dan 24 di antaranya adalah pedagang buku. Ikapi kemudian merangkul Gapim melalui kunjungan ketua Ikapi ke Medan pada September 1953. Gapim bersedia melebur ke dalam wadah Ikapi sehingga terbentuklah Ikapi Cabang Sumatra Utara pada Oktober 1953 dengan 16 anggota sebagai cabang Ikapi pertama.

Kongres Ikapi I diadakan pada tanggal 16-18 Maret 1954 di Jakarta. Kongres I ini mengesahkan terbentuknya cabang-cabang Ikapi untuk wilayah Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara. Sebagai organisasi penerbit, Ikapi juga meluncurkan majalah di bidang perbukuan bernama Suara Penerbit Nasional yang diluncurkan pada bulan Maret 1954. Namun, majalah ini hanya bertahan enam nomor dan selanjutnya tidak terbit lagi.

Sejauh ini IKAPI sudah banyak berperan dalam dunia buku di Indonesia. Misalnya sering mengadakan pameran buku secara rutin dan berkala. Mengadakan lomba menulis, dimana hal itu tentunya menjadi motivasi tersendiri bagi masyarakat untuk terus berkarya.

Khusunya di Bandung IKAPI jabar sering mengadakan pameran buku di beberapa tempat, seperti pada saat ini tengah berlangsung Pameran Buku Bandung 2014 yang bekerjasama dengan Syaamil Quran.  Setiap acara pameran buku tak pernah sepi dari pengunjung.

Saat ini dunia tulis menulis semakin ramai banyak penulis baru yang kreatif dan penuh bakat. Sekarang banyak cerita film di ambil dari cerita yang tertuang dalam bentuk buku. Begitu juga tulis menulis di dunia maya perkembangan dunia blog semakin ramai. Beberapa orang jadi terkenal bermula dari dunia blog. Banyak group blogger yang tentunya hal itu bisa menjadi motivasi tersendiri bagi blogger untuk terus mengembangkan bakat dalam dunia tulis menulis.

Kalau menurut saya dan jika saya suatu saat nanti jadi pengurus IKAPI, IKAPI diharapkan lebih dekat dengan masyarakat. Sekarang banyak sekali anak jalanan dimana mereka banyak yang putus sekolah. Mereka akhirnya tidak bisa belajar baca dan tulis. IKAPI mungkin bisa bekerjasama dengan beberapa penerbit buku atau instansi terkait untuk kembali meningkatkan baca tulis mereka. Agar mereka bisa kembali belajar atau bahkan mereka bisa kembali melanjutkan sekolah lagi.

Untuk dunia menulis, lebih sering lagi mengadakan acara yang nantinya bisa meningkatkan minat baca dan tulis di masyarakat. Misalnya bekerjasama dengan beberapa penerbit mengaadakan lomba atau sayembara buku dimana buku tersebut belum pernah mendapat penghargaan. Ataupun sayembara menulis buku sehingga banyak bermunculan penulis baru dimana mungkin selama ini bakat mereka terpendam karena terbentur masalah proses penerbitan atau masalah biaya.

Sumber referensi : www.ikapi.org


widget-lomba blog pameran buku

Comments

  1. Artikel yang bermanfaat..
    Terimakasih informasinya...

    ReplyDelete

Post a Comment